Separuh Ginjalku Untuk Senyum Bunda

on Kamis, 14 Februari 2013

Sekitar beberapa bulan yang lalu , aku dapat tugas nih dari sekolah , suruh buat cerpen minimal seribu kata , nah ini dia cerpenku , dan unsur2 intrinsiknya ,...


SEPARUH GINJALKU UNTUK SENYUM BUNDA

            Malam yang dingin , sangat sepi , tetapi ada sesosok perempuan yang terdengar menyanyikan lagu suara hatinya dari ujung desa ini .

Kubuka album biru, penuh debu dan usang...
Kupandangi semua gambar diri , kecil bersih belum ternoda..
Fikirkupun melayang , dahulu penuh kasihh...
Teringat semua cerita orang, tentang riwayatmu..
Kata mereka diriku, slalu dimanja..
Kata mereka diriku , slalu ditimang...

Oh... bunda ada dan tiada dirimu ...
Kan selalu ada di dalam hatiku...


Dalam alunan syair sebuah lagu tentang ibu , menghiasi relung bibir wanita berusia 18 tahun itu. Andinia Ramadini , di kampung ini , orang-orang kerap memanggilnya Nia . Tetapi entah mengapa , orang-orang luar kampung ini lebih mengenalnya dengan sebutan Andin . Nama yang sedikit terkesan modern dari sosok Nia .
Nia adalah wanita yang tekun dan rajin . Setiap pagi hingga sore ia membantu ibunya mencari kayu bakar untuk dijual demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang hanya tinggal 3 gelincir orang saja . Hanyalah Nia , sang ibu dan seorang adiknya yang masih duduk di bangku SD . Sejak kecil Nia tak pernah mengenali keberadaan sang ayah , karena konon ayahnya lebih memilih wanita idaman lain daripada harus bertanggung jawab atas keluarganya .
Kini , Nia yang harusnya masih mengenyam bangku SMA harus terpaksa memberhentikan langkahnya untuk mengurangi beban sang ibu .Apalagi sekarang ibunya sering sakit-sakitan akibat penyakit kanker yang dideritanya selama kurang lebih 3 tahun ini .
Pagi yang sangat cerah , bagi Nia . Saat ini ia lebih memilih mencari kayu bakar sendiri ke hutan karena sang ibu sedang tidak enak badan . Senyum lebarnya yang selalu menghiasi kampung ini serasa takkan termakan mentari setiap pagi .
“Bang, ini kayunya..” ucap Nia pada sang pembeli kayu bakarnya.
“Kok sendirian ?? hheehe” goda orang itu .
J” jawabnya hanya tersenyum .
            Begitulah pekerjaan yang selama ini ia lakoni , tanpa rasa mengeluh . Meskipun hanya tak lebih dari 20 ribu per harinya , ia tetap sabar.
            Bagi Nia , ibunya adalah segalanya . Permata hati yang tak pernah padam ditelan waktu . Bersaing mengais dunia yang selama ini ibunya lakukan , serasa sebagai hutang baginya untuk sang ibu . Begitupun sang adik , bagi Nia adiknya adalah salah satu tanggung jawab utamanya , apapun akan Nia lakukan untuk memberi yang terbaik bagi kedua pelangi hidupnya .
Sesampainya di rumah ,
“assalammualaikum, bu.”
“waalaikumsalam , baru pulang, nak?” tanya sang ibu.
“iya , bu.” jawab Nia sambil menghela nafas panjang.
Ibunya yang merasa iba pun mulai mendekati ,“Nia , maafkan ibu ya , nak .. Karena ibu , kamu jadi capek-capek seperti ini .”
“tidak bu , Nia tidak capekJ. Nia tidur dulu ya bu .”
            Setelah itu Nia pun tidur . Sang ibu pun sangat tidak tega harus memberi makan matanya dengan melihat rasa lelah sang anak demi menghidupi keluarganya . Padahal selama ini , rasanya Nia tidak pernah merasakan kebahagiaan , hanya susah payah dan kerja keras yang selalu ia alami .
            Suatu hari , Nia pergi ke kota untuk mencari pekerjaan yang lebih layak . Dengan bermodalkan ijazah SMP ia percaya akan meraih sesuatu sepulangnya dari kota . Sebelumnya , Nia sudah pernah menjalani kerasnya kota metropolitan . Ia pernah bekerja sebagai pelayan warung Tegal , namun semua itu telah ditinggalkannya karena sang pemilik memilih untuk berganti usaha . Dari situlah Nia dikenal dengan nama Andin . Andin yang ramah, cantik dan menjadi pujaan lelaki kampung di pinggiran kota metropolitan .Namun kali ini , ia kembali ke kota melainkan dengan membawa nama Nia , dengan harapan nasibnya akan lebih beruntung .
            Dari satu toko ke toko yang lain Nia menawarkan tenaganya . Cucuran keringat pelumpuh semangat tak pernah mampu mematahkan niatnya . Yang hanya dipikiran Nia adalah ibu ibu dan ibu . Hanya ibu yang mampu menguatkan Nia . Meskipun akhirnya ia tak berhasil meraih kata ‘’iya , anda diterima bekerja di sini ’’.
Di pinggir jalan , Nia menangis .
“hhh… Tuhaaann ,, kenapa kau tak adil padaku . Apa salahku ? Mengapa aku dan keluargaku harus mengalami pahitnya dunia ini .. Aku sayang sama ibu . Beri ibuku sembuh Tuhaaaaaannn !! hhhikkhhiikkhhiikk ”  keluhnya .
Tiba-tiba handphone Nia berbunyi ,
Tililittililit ..
‘’iya halo ?’’
“Mbak Nia , mbaakk ibu pingsan , sekarang ibu dibawa warga ke puskesmas . Mbak cepet pulang mbak …” suara sang adik dengan panik.
‘’apaa?? Iya iya dek’’
Nia segera bergegas mencari bis tujuan ke kampungnya .Sesampainya di kampung , Nia langsung menuju ke puskesmas tempat ibunya dirawat . Belum sampai melihat kondisi ibunya , Nia sudah dipanggil dokter puskesmas tersebut. Pihak puskesmas mengaku tidak mampu menangani ibunya karena keterbatasan alat dan menyarankan agar ibunya dikirim ke rumah sakit di kota untuk mendapatkan penanganan lebih serius.
‘‘Kira-kira berapa biayanya dok ?’’  tanya Nia.
“sekitar lebih dari 5 juta” jawab dokter dengan yakin.
Nia terdiam , ‘’darimana uang untuk pengobatan ke rumah sakit di kota?’’ Tanya hatinya dengan miris
            Benar-benar keadaan yang sangat memukul , apalagi ia tidak mendapatkan pekerjaan di kota . Tabungannya pun habis untuk obat ibunya selama ini . Ditambah lagi hutang yang membebaninya sehingga kemungkinan kecil ia akan mendapatkan pinjaman uang lagi . Ingin rasanya ia berteriak , Nia benar-benar bingung , harus kemana ia cari uang 5 juta itu .
            Keluarlah Nia dari puskesmas . Seperti layaknya orang kehilangan arah , Nia tak tau apa yang harus ia lakukan .  Teringat dalam bayangnya , sosok ibu sangat berarti baginya . Ia rela mati hanya untuk kebahagiaan ibunya . Ia rela jatuh ke jurang jika itu bisa membuat ibunya tersenyum bahagia . Wajahnya seketika berubah , serasa semangat itu berkibar lagi . “YA , AKU HARUS BISA BAHAGIAKAN IBU , BAGAIMANAPUN ITU CARANYA , AKU PASTI BISAA !!! ”
Nia mulai berusaha kembali , ia membeli sebuah Koran untuk mencari lowongan pekerjaan yang membutuhkan tenaganya . Dibukanya lembar per lembar dengan teliti . Mata Nia tertuju pada satu berita , tetapi berita itu bukanlah berita lowongan kerja , dijeaskan kembali pandangannya pada sebuah pengumuman bertulis “Dibutuhkan 1 Ginjal dengan nilai jual 10 juta , bagi yang berkenan hubungi : 08164xxxx” .
“10 juta ??” celetuknya pelan .
            Tanpa berfikir panjang , ia menghilangkan rasa takut dan egonya , langsung ia menelepon nomer yang tertera . Dan ditemuilah orang tersebut , singkat cerita , kini Nia hanya berginjal satu , seribu resiko telah menghantuinya dan tak sama sekali ia hiraukan. Secepat mungkin sang ibu harus dirawat dan dioperasi di rumah sakit kota .
Di rumah sakit ,
“Ibu ?” panggil Nia pada sang ibu yang tersadar dengan lemah .
“Nia , darimana uang sebanyak ini ? Nia baik-baik saja kan , nak ?” Tanya ibu .
“Iya bu , Nia sangat baik-baik saja , ibu sehat ya ..”
“(Tersenyum) iya sayang , pelita bunda J
Hati Nia serasa bergoncang , tatkala dia melihat senyum lega itu kembali hadir di raut wajah wanita itu . Kini , semua yang Nia mau telah tercapai , ibunya telah sembuh dari kanker stadium 3 .

------
Satu tahun kemudian ,
Di suatu malam terdengar suara rintihan dari kamar Nia. Satu-satunya ginjal yang ia miliki mulai rapuh . Tiada satupun orang yang tahu bahwa ginjal kirinya telah berganti uang 10 juta untuk ibunya . Sekarang , tubuh Nia pun mulai melemah , hanya kebahagiaan sang ibu dan adiknya yang selama ini menjadi obat sakit yang telah lama ia rasakan .
Nia terkapar lemah di tempat tidurnya . Tanpa disengaja , sang ibu pun masuk ke kamarnya . Ibunya pun kaget luar biasa melihat sang anak seperti itu .
“Niaa… Nia .. kamu kenapa , nak ??” sang ibu panik.
“Nia tidak apa-apa bu , Nia baik-baik saja”
Mata ibunya pun tak sengaja melihat kertas persegi panjang yang lupa disimpan oleh Nia . Ternyata itu adalah kuitansi pembayaran ginjalnya yang dilakukannya setahun lalu .
“Apa ini , Nia ?” Tanya ibunya dengan menangis .
“Tidak ibu , itu kertas biasa ..” jawabnya denga terbata-bata.
“Nia !! Jelaskan pada ibu ! L
“Maaa..afkan Nia bu ,,Nia ikhlas melakukan itu demi ibu . Nia tidak mau kehilangan ibu .” jelas Nia dengan cucuran air mata .
“Kesehatan ibu tak akan bisa menjadi alasan untuk membahayakanmu , nak !! Maafkan ibu , nak , maafkan ibu .” sesal ibunya .
“Ni…aa saa…yaanng sa..ma ii..bu , ibu terse..nyuum ya bu ..”
J (tersenyum) senyum ini untuk anak berbakti sepertimu , nak hiikkhiikhiikk”
J asyhaa..dualla..ilahailallah..wa.asyhaduanha..muhammadar..rosulullaa..hh”
“Nia…. Nia…. Niaa jangan tinggalkan ibu , nak … Niaa…….aaaaaaaaaaaaaaa”
            Nia meninggal dunia , Nia meninggalkan dunia ini dengan rasa lega , karena satu-satunya cita-citanya selama ini telah tercapai . Ia akan lakukan apapun untuk kebahagian sang bunda , untuk senyum bunda , meskipun harus nyawanya yang ia korbankan . Ketulusan hatinya tak akan pernah terbayar oleh apapun . Kepergiannya , membuat kesedihan yang mendalam bagi sang bunda . Namun , senyum dan bahagia tulus ibu akan selalu mengiringi Nia dalam keabadian .


Karya : Wahyu Ningtias
(ASLI)







Unsur Intrinsik :
Judul : “Separuh Ginjalku untuk Senyum Bunda”
Tema : Kegiatan yang membahagiakan orang lain .
“Tergambar jelas dalam cerita ini , dalam setiap keadaan sosok Nia selalu berusaha membahagiakan sang ibu , baik itu bekerja dengan keras hingga menjual salah satu ginjalnya.”
Setting :
1.      Waktu :
·         Pagi : “Pagi yang sangat cerah , bagi Nia . Saat ini ia lebih memilih mencari kayu bakar sendiri ke hutan karena sang ibu sedang tidak enak badan .
·         Malam : “Malam yang dingin , sangat sepi , tetapi ada sesosok perempuan yang terdengar menyanyikan lagu suara hatinya dari ujung desa ini .
·         Satu tahun kemudian .
2.      Tempat :
·         Hutan : “Saat ini ia lebih memilih mencari kayu bakar sendiri ke hutan karena sang ibu sedang tidak enak badan .
·         Rumah : “Sesampainya di rumah ,”
·         Jalanan metropolitan : “Di pinggir jalan , Nia menangis .”
·         Puskesmas desa : “Sesampainya di kampung , Nia langsung menuju ke puskesmas tempat ibunya dirawat .”
·         Rumah sakit kota : “Secepat mungkin sang ibu harus dirawat dan dioperasi di rumah sakit kota . ”
·         Kamar : “Nia terkapar lemah di tempat tidurnya .”
Penokohan :
1.      Andinia Ramadini (Nia) : berbakti pada orang tua , baik , rajin , pekerja keras .
2.      Ibu : sangat sayang pada anaknya , kuat.
3.      Adik : (tidak tertera sifat yang jelas)
Tokoh pembantu cerita :
1.      Dokter
2.      Pembeli kayu bakar
3.      Pembeli ginjal Nia
Sudut Pandang :
            Sudut pandang yang tergambar dari cerita ini adalah orang ketiga , karena sang penulis menceritakan seorang Nia .
Alur :
            Maju , karena sebagian besar dari cerita ini menceritakan alur kehidupan Nia yang maju , dari mulai ia bekerja sebagai penjual kayu bakar hingga ia mampu membahagiakan ibunya meski dengan menjual ginjalnya . Keterangan waktu yang memperkuat alur adalah “Satu tahun kemudian”.
Amanat :
1.      Bahagiakanlah orang lain yang berada di sekitarmu selagi engkau mampu .
2.      Berbaktilah kepada orang tuamu .
3.      Selagi masih muda , belajar dan bekerjalah dengan giat dan sepenuh hati .
4.      Ikhlaslah dalam menjalankan sesuatu hal yang positif .


0 komentar:

Posting Komentar