Sekitar beberapa bulan yang lalu , aku dapat tugas nih dari sekolah , suruh buat cerpen minimal seribu kata , nah ini dia cerpenku , dan unsur2 intrinsiknya ,...
SEPARUH GINJALKU UNTUK SENYUM BUNDA
Malam yang dingin , sangat sepi ,
tetapi ada sesosok perempuan yang terdengar menyanyikan lagu suara hatinya dari
ujung desa ini .
Kubuka album biru,
penuh debu dan usang...
Kupandangi semua gambar
diri , kecil bersih belum ternoda..
Fikirkupun melayang ,
dahulu penuh kasihh...
Teringat semua cerita
orang, tentang riwayatmu..
Kata mereka diriku,
slalu dimanja..
Kata mereka diriku ,
slalu ditimang...
Oh... bunda ada dan
tiada dirimu ...
Kan selalu ada di dalam
hatiku...
Dalam
alunan syair sebuah lagu tentang ibu , menghiasi relung bibir wanita berusia 18
tahun itu. Andinia Ramadini , di kampung ini , orang-orang kerap memanggilnya
Nia . Tetapi entah mengapa , orang-orang luar kampung ini lebih mengenalnya
dengan sebutan Andin . Nama yang sedikit terkesan modern dari sosok Nia .
Nia
adalah wanita yang tekun dan rajin . Setiap pagi hingga sore ia membantu ibunya
mencari kayu bakar untuk dijual demi memenuhi kebutuhan hidup keluarganya yang hanya
tinggal 3 gelincir orang saja . Hanyalah Nia , sang ibu dan seorang adiknya
yang masih duduk di bangku SD . Sejak kecil Nia tak pernah mengenali keberadaan
sang ayah , karena konon ayahnya lebih memilih wanita idaman lain daripada
harus bertanggung jawab atas keluarganya .
Kini
, Nia yang harusnya masih mengenyam bangku SMA harus terpaksa memberhentikan
langkahnya untuk mengurangi beban sang ibu .Apalagi sekarang ibunya sering
sakit-sakitan akibat penyakit kanker
yang dideritanya selama kurang lebih 3 tahun ini .
Pagi
yang sangat cerah , bagi Nia . Saat ini ia lebih memilih mencari kayu bakar
sendiri ke hutan karena sang ibu sedang tidak enak badan . Senyum lebarnya yang
selalu menghiasi kampung ini serasa takkan termakan mentari setiap pagi .
“Bang, ini
kayunya..” ucap Nia pada sang pembeli kayu bakarnya.
“Kok sendirian
?? hheehe” goda orang itu .
“J”
jawabnya hanya tersenyum .
Begitulah pekerjaan yang selama ini
ia lakoni , tanpa rasa mengeluh . Meskipun hanya tak lebih dari 20 ribu per
harinya , ia tetap sabar.
Bagi Nia , ibunya adalah segalanya .
Permata hati yang tak pernah padam ditelan waktu . Bersaing mengais dunia yang
selama ini ibunya lakukan , serasa sebagai hutang baginya untuk sang ibu . Begitupun
sang adik , bagi Nia adiknya adalah salah satu tanggung jawab utamanya , apapun
akan Nia lakukan untuk memberi yang terbaik bagi kedua pelangi hidupnya .
Sesampainya
di rumah ,
“assalammualaikum,
bu.”
“waalaikumsalam
, baru pulang, nak?” tanya sang ibu.
“iya , bu.”
jawab Nia sambil menghela nafas panjang.
Ibunya yang
merasa iba pun mulai mendekati ,“Nia , maafkan ibu ya , nak .. Karena ibu ,
kamu jadi capek-capek seperti ini .”
“tidak bu , Nia
tidak capekJ. Nia tidur dulu ya bu .”
Setelah itu Nia pun tidur . Sang ibu
pun sangat tidak tega harus memberi makan matanya dengan melihat rasa lelah
sang anak demi menghidupi keluarganya . Padahal selama ini , rasanya Nia tidak
pernah merasakan kebahagiaan , hanya susah payah dan kerja keras yang selalu ia
alami .
Suatu hari , Nia pergi ke kota untuk
mencari pekerjaan yang lebih layak . Dengan bermodalkan ijazah SMP ia percaya
akan meraih sesuatu sepulangnya dari kota . Sebelumnya , Nia sudah pernah
menjalani kerasnya kota metropolitan . Ia pernah bekerja sebagai pelayan warung
Tegal , namun semua itu telah ditinggalkannya karena sang pemilik memilih untuk
berganti usaha . Dari situlah Nia dikenal dengan nama Andin . Andin yang ramah,
cantik dan menjadi pujaan lelaki kampung di pinggiran kota metropolitan .Namun
kali ini , ia kembali ke kota melainkan dengan membawa nama Nia , dengan
harapan nasibnya akan lebih beruntung .
Dari satu toko ke toko yang lain Nia
menawarkan tenaganya . Cucuran keringat pelumpuh semangat tak pernah mampu
mematahkan niatnya . Yang hanya dipikiran Nia adalah ibu ibu dan ibu . Hanya
ibu yang mampu menguatkan Nia . Meskipun akhirnya ia tak berhasil meraih kata
‘’iya , anda diterima bekerja di sini ’’.
Di
pinggir jalan , Nia menangis .
“hhh…
Tuhaaann ,, kenapa kau tak adil padaku . Apa salahku ? Mengapa aku dan
keluargaku harus mengalami pahitnya dunia ini .. Aku sayang sama ibu . Beri
ibuku sembuh Tuhaaaaaannn !! hhhikkhhiikkhhiikk ” keluhnya .
Tiba-tiba
handphone Nia berbunyi ,
Tililittililit
..
‘’iya
halo ?’’
“Mbak
Nia , mbaakk ibu pingsan , sekarang ibu dibawa warga ke puskesmas . Mbak cepet
pulang mbak …” suara sang adik dengan panik.
‘’apaa??
Iya iya dek’’
Nia segera bergegas mencari bis tujuan ke kampungnya
.Sesampainya di kampung , Nia langsung menuju ke puskesmas tempat ibunya
dirawat . Belum sampai melihat kondisi ibunya , Nia sudah dipanggil dokter
puskesmas tersebut. Pihak puskesmas mengaku tidak mampu menangani ibunya karena
keterbatasan alat dan menyarankan agar ibunya dikirim ke rumah sakit di kota
untuk mendapatkan penanganan lebih serius.
‘‘Kira-kira
berapa biayanya dok ?’’ tanya Nia.
“sekitar
lebih dari 5 juta” jawab dokter dengan yakin.
Nia
terdiam , ‘’darimana uang untuk pengobatan ke rumah sakit di kota?’’ Tanya
hatinya dengan miris
Benar-benar keadaan yang sangat
memukul , apalagi ia tidak mendapatkan pekerjaan di kota . Tabungannya pun
habis untuk obat ibunya selama ini . Ditambah lagi hutang yang membebaninya
sehingga kemungkinan kecil ia akan mendapatkan pinjaman uang lagi . Ingin
rasanya ia berteriak , Nia benar-benar bingung , harus kemana ia cari uang 5
juta itu .
Keluarlah Nia dari puskesmas .
Seperti layaknya orang kehilangan arah , Nia tak tau apa yang harus ia lakukan
. Teringat dalam bayangnya , sosok ibu
sangat berarti baginya . Ia rela mati hanya untuk kebahagiaan ibunya . Ia rela
jatuh ke jurang jika itu bisa membuat ibunya tersenyum bahagia . Wajahnya
seketika berubah , serasa semangat itu berkibar lagi . “YA , AKU HARUS BISA
BAHAGIAKAN IBU , BAGAIMANAPUN ITU CARANYA , AKU PASTI BISAA !!! ”
Nia
mulai berusaha kembali , ia membeli sebuah Koran untuk mencari lowongan
pekerjaan yang membutuhkan tenaganya . Dibukanya lembar per lembar dengan
teliti . Mata Nia tertuju pada satu berita , tetapi berita itu bukanlah berita
lowongan kerja , dijeaskan kembali pandangannya pada sebuah pengumuman bertulis
“Dibutuhkan 1 Ginjal dengan nilai jual 10 juta , bagi yang berkenan hubungi :
08164xxxx” .
“10
juta ??” celetuknya pelan .
Tanpa berfikir panjang , ia
menghilangkan rasa takut dan egonya , langsung ia menelepon nomer yang tertera
. Dan ditemuilah orang tersebut , singkat cerita , kini Nia hanya berginjal
satu , seribu resiko telah menghantuinya dan tak sama sekali ia hiraukan.
Secepat mungkin sang ibu harus dirawat dan dioperasi di rumah sakit kota .
Di
rumah sakit ,
“Ibu
?” panggil Nia pada sang ibu yang tersadar dengan lemah .
“Nia
, darimana uang sebanyak ini ? Nia baik-baik saja kan , nak ?” Tanya ibu .
“Iya
bu , Nia sangat baik-baik saja , ibu sehat ya ..”
“(Tersenyum)
iya sayang , pelita bunda J ”
Hati
Nia serasa bergoncang , tatkala dia melihat senyum lega itu kembali hadir di
raut wajah wanita itu . Kini , semua yang Nia mau telah tercapai , ibunya telah
sembuh dari kanker stadium 3 .
------
Satu tahun kemudian ,
Di suatu malam terdengar suara rintihan dari kamar
Nia. Satu-satunya ginjal yang ia miliki mulai rapuh . Tiada satupun orang yang
tahu bahwa ginjal kirinya telah berganti uang 10 juta untuk ibunya . Sekarang ,
tubuh Nia pun mulai melemah , hanya kebahagiaan sang ibu dan adiknya yang
selama ini menjadi obat sakit yang telah lama ia rasakan .
Nia terkapar lemah di tempat tidurnya . Tanpa
disengaja , sang ibu pun masuk ke kamarnya . Ibunya pun kaget luar biasa
melihat sang anak seperti itu .
“Niaa…
Nia .. kamu kenapa , nak ??” sang ibu panik.
“Nia
tidak apa-apa bu , Nia baik-baik saja”
Mata
ibunya pun tak sengaja melihat kertas persegi panjang yang lupa disimpan oleh
Nia . Ternyata itu adalah kuitansi pembayaran ginjalnya yang dilakukannya
setahun lalu .
“Apa
ini , Nia ?” Tanya ibunya dengan menangis .
“Tidak
ibu , itu kertas biasa ..” jawabnya denga terbata-bata.
“Nia
!! Jelaskan pada ibu ! L”
“Maaa..afkan
Nia bu ,,Nia ikhlas melakukan itu demi ibu . Nia tidak mau kehilangan ibu .” jelas
Nia dengan cucuran air mata .
“Kesehatan
ibu tak akan bisa menjadi alasan untuk membahayakanmu , nak !! Maafkan ibu ,
nak , maafkan ibu .” sesal ibunya .
“Ni…aa
saa…yaanng sa..ma ii..bu , ibu terse..nyuum ya bu ..”
“J (tersenyum) senyum ini untuk anak berbakti sepertimu
, nak hiikkhiikhiikk”
“J
asyhaa..dualla..ilahailallah..wa.asyhaduanha..muhammadar..rosulullaa..hh”
“Nia….
Nia…. Niaa jangan tinggalkan ibu , nak … Niaa…….aaaaaaaaaaaaaaa”
Nia meninggal dunia , Nia
meninggalkan dunia ini dengan rasa lega , karena satu-satunya cita-citanya
selama ini telah tercapai . Ia akan lakukan apapun untuk kebahagian sang bunda
, untuk senyum bunda , meskipun harus nyawanya yang ia korbankan . Ketulusan
hatinya tak akan pernah terbayar oleh apapun . Kepergiannya , membuat kesedihan
yang mendalam bagi sang bunda . Namun , senyum dan bahagia tulus ibu akan
selalu mengiringi Nia dalam keabadian .
Karya : Wahyu Ningtias
(ASLI)
Unsur
Intrinsik :
Judul
: “Separuh Ginjalku untuk Senyum Bunda”
Tema
: Kegiatan yang membahagiakan orang lain .
“Tergambar jelas dalam cerita ini , dalam setiap
keadaan sosok Nia selalu berusaha membahagiakan sang ibu , baik itu bekerja
dengan keras hingga menjual salah satu ginjalnya.”
Setting
:
1. Waktu :
·
Pagi : “Pagi yang sangat cerah
, bagi Nia . Saat ini ia lebih memilih mencari kayu bakar sendiri ke hutan karena
sang ibu sedang tidak enak badan .”
·
Malam : “Malam yang dingin , sangat sepi , tetapi
ada sesosok perempuan yang terdengar menyanyikan lagu suara hatinya dari ujung
desa ini .”
·
Satu tahun
kemudian .
2. Tempat :
·
Hutan : “Saat ini ia lebih
memilih mencari kayu bakar sendiri ke hutan karena sang ibu sedang tidak
enak badan .”
·
Rumah : “Sesampainya di rumah ,”
·
Jalanan
metropolitan : “Di pinggir jalan
, Nia menangis .”
·
Puskesmas desa :
“Sesampainya di kampung , Nia langsung
menuju ke puskesmas tempat ibunya dirawat .”
·
Rumah sakit kota
: “Secepat mungkin sang ibu harus dirawat
dan dioperasi di rumah sakit kota . ”
·
Kamar : “Nia terkapar lemah di tempat tidurnya
.”
Penokohan
:
1. Andinia Ramadini (Nia) : berbakti pada orang tua ,
baik , rajin , pekerja keras .
2. Ibu : sangat sayang pada anaknya , kuat.
3. Adik : (tidak tertera sifat yang jelas)
Tokoh pembantu cerita :
1. Dokter
2. Pembeli kayu bakar
3. Pembeli ginjal Nia
Sudut
Pandang :
Sudut pandang yang tergambar dari
cerita ini adalah orang ketiga , karena sang penulis menceritakan seorang Nia .
Alur
:
Maju , karena sebagian besar dari
cerita ini menceritakan alur kehidupan Nia yang maju , dari mulai ia bekerja
sebagai penjual kayu bakar hingga ia mampu membahagiakan ibunya meski dengan
menjual ginjalnya . Keterangan waktu yang memperkuat alur adalah “Satu tahun
kemudian”.
Amanat
:
1. Bahagiakanlah orang lain yang berada di sekitarmu
selagi engkau mampu .
2. Berbaktilah kepada orang tuamu .
3. Selagi masih muda , belajar dan bekerjalah dengan giat
dan sepenuh hati .
4. Ikhlaslah dalam menjalankan sesuatu hal yang positif .
0 komentar:
Posting Komentar